MAKALAH
TEKNIK LINGKUNGAN & AMDAL
“Analisis limbah Plastik”

Disusun oleh :
Nama : Fathoni
NPM : 22417233
Kelas : 2IC05
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS GUNADARMA
KALIMALANG
2018
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Nama plastik mewakili
ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan kimia. Secara garis besar
plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni plastik yang
bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic dapat
dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain, sedangkan jenis
thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali. Plastik yang
paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk
thermoplastic.
Seiring dengan
perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun
1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama
polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton sedangkan pada tahun
1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun waktu tersebut terjadi
peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat
pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah
plastikpun tidak terelakkan. Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau
limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total
sampah rumah tangga. Di Jabotabek rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton
limbah plastik setiap minggunya. Jumlah tersebut akan terus bertambah,
disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk,
tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat
berkarat, dan pada akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan.
Plastik juga merupakan
bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia yang cukup
berbahaya bagi lingkungan. Limbah daripada plastik ini sangatlah sulit untuk
diuraikan secara alami. Untuk menguraikan sampah plastik itu sendiri
membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna. Oleh
karena itu penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun
konservatif bagi lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan batasan
tertentu. Sedangkan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kita yang berada
di Indonesia, penggunaan bahan plastik bisa kita temukan di hampir seluruh
aktivitas hidup kita. Padahal apabila kita sadar, kita mampu berbuat lebih
untuk hal ini yaitu dengan menggunakan kembali (reuse) kantung plastik yang
disimpan di rumah. Dengan demikian secara tidak langsung kita telah mengurangi
limbah plastik yang dapat terbuang percuma setelah digunakan (reduce). Atau
bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu
yang lebih berguna (recycle).
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah limbah plastik ini adalah sebagai berikut:
- Untuk dapat mengetahui
sumber-sumber limbah plastic
- Untuk dapat mengetahui
dampak adanya limbah plastic
- Untuk mengetahui
beberapa manfaat limbah plastic
- Untuk mengetahui
beberapa cara pengolahan limbah plastik.
- Untuk mengenal bahaya
kemasan plastik
1.3. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah penulisan makalah limbah
plastik ini adalah sebagai berikut:
- Darimana limbah
plastik berasal.?
- Apa dampak adanya
limbah plastic.?
- Apa manfaat limbah
plastic.?
- Bagaimana mengolah
limbah plastic.?
- Apa bahaya penggunaan
kemasan plastic.?
1.4. Tempat dan Waktu
PT. Plastik Formindo Prima Agung terletak di jalan raya Prepedan Pergudangan 198 Blok CA RT001 RW009 Kamal Kalideres, Jakarta Barat.
Kegiatan observasi di lakukan hari Selasa , 10 Oktober 2017.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sumber-sumber Limbah
Plastik
Beberapa sumber limbah
plastik dapat diketahui dari jenis sampah plastik itu sendiri, yang dapa
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1.1. Jenis-Jenis
Sampah Plastik Beserta Sumbernya.
No. Jenis Sampah Plastik -Sumber plastic
1. Acrytic Pulpen, sen kendaraan
2. AS sen Tempat kosmetik, sikat gigi
3. Handphone
4. Komputer
5. Toys forming plastic
6. Plastik Packaging
7. Stationary forming plastic
8. HD tikar Tikar plastik
9. HD butek Saringan ember
2.2. Dampak
Adanya Limbah Plastik
Dampak plastik
terhadap lingkungan merupakan akibat negatif yang harus ditanggung alam karena
keberadaan sampah plastik. Dampak ini ternyata sangat signifikan. Sebagaimana
yang diketahui, plastik yang mulai digunakan sekitar 50 tahun yang silam, kini
telah menjadi barang yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan manusia.
Diperkirakan ada 500 juta sampai 1 milyar kantong plastik digunakan penduduk
dunia dalam satu tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta kantong plastik per
menit. Untuk membuatnya, diperlukan 12 juta barel minyak per tahun, dan 14 juta
pohon ditebang.
Konsumsi berlebih
terhadap plastik pun mengakibatkan jumlah sampah plastik yang besar. Karena
bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi
(non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500
tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Sampah kantong
plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara.
Kantong plastik
terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene. Minyak, gas dan
batu bara mentah adalah sumber daya alam yang tak dapat diperbarui. Semakin
banyak penggunaan palstik berarti semakin cepat menghabiskan sumber daya alam
tersebut.
Fakta tentang bahan
pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat dari polychlorinated
biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT, sehingga kantong plastik
sulit untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 500
tahun. Keadaan plastik yang seperti ini akan memberikan akibat antara lain:
· tercemarnya tanah, air
tanah dan makhluk bawah tanah;
· racun-racun dari
partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-hewan pengurai
di dalam tanah seperti cacing;
· PCB yang tidak dapat
terurai meskipun termakan oleh binatang maupun tanaman, yang akan menjadi racun
berantai sesuai urutan rantai makanan;
· kantong plastik akan
mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah;
· menurunkan kesuburan
tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang
gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah;
· kantong plastik yang
sukar diurai, mempunyai umur panjang, dan ringan akan mudah diterbangkan angin
hingga ke laut sekalipun;
· hewan-hewan dapat
terjerat dalam tumpukan plastik;
· hewan-hewan laut
seperti lumba-lumba, penyu laut, dan anjing laut menganggap kantong-kantong
plastik tersebut makanan dan akhirnya mati karena tidak dapat mencernanya;
· ketika hewan mati,
kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tetap tidak akan hancur menjadi
bangkai dan dapat meracuni hewan lainnya;
· pembuangan sampah
plastik sembarangan di sungai-sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan
penyumbatan aliran sungai yang menyebabkan banjir.
Sebagai tambahan pemahaman, kami
beberkan beberapa fakta yang berkaitan dengan sampah plastik dan lingkungan:
Þ kantong plastik sisa
telah banyak ditemukan di kerongkongan anak elang laut di Pulau Midway, Lautan
Pacifik;
Þ sekitar 80% sampah
dilautan berasal dari daratan, dan hampir 90% adalah plastik;
Þ dalam bulan Juni 2006
program lingkungan PBB memperkirakan dalam setiap mil persegi terdapat
46,000 sampah plastik mengambang di lautan;
Þ setiap tahun, plastik
telah ’membunuh’ hingga 1 juta burung laut, 100.000 mamalia laut dan ikan-ikan
yang tak terhitung jumlahnya;
Þ banyak penyu di
kepulauan seribu yang mati karena memakan plastik yang dikira ubur-ubur,
makanan yang disukainya.
Untuk menanggulangi
sampah plastik beberapa pihak mencoba untuk membakarnya. Tetapi proses
pembakaran yang kurang sempurna dan tidak mengurai partikel-partikel plastik
dengan sempurna maka akan menjadi dioksin di udara. Bila manusia menghirup
dioksin ini manusia akan rentan terhadap berbagai penyakit di antaranya kanker,
gangguan sistem syaraf, hepatitis, pembengkakan hati, dan gejala depresi.
2.3. Pemanfaatan Limbah Plastik
Limbah plastik yang
umum ditemukan di tempat pembuangan sampah antara lain botol minuman dan
deterjen yang termasuk jenis PET, dan kantong plastik. Jumlah kantong plastik
di TPA terus menumpuk karena tidak terlalu diminati karena memiliki nilai jual
yang rendah. Kantong-kantong plastik ini tidak mudah terurai sehingga hanya
akan terus menumpuk dan bertambah di TPA sampai 1000 tahun ke depan. Oleh
karena itu diperlukannya suatu solusi tepat yang bukan hanya mengurangi
penggunaan kantong plastik karena selama masih diijinkan untuk digunakan maka
kantong plastik itu akan terus ada dan bertambah. Limbah kantong plastik yang
menumpuk di TPA dapat menjadi peluang sumber daya jika diolah dengan benar.
Pengembangan proses
pengolahan kantong plastik dilakukan melalui eksperimentasi untuk membuka
peluang pemanfaatan kantong plastik dengan penerapan teknologi sederhana,
murah, dan nyata. Eksperimen juga mencakup eksplorasi sifat dan karakteristik
kantong plastik yang unik untuk diaplikasikan menjadi produk bernilai tinggi
sehingga dapat menaikkan nilai dari limbah kantong plastik.
Pemanfaatan limbah
plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin dan dalam
batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku
impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali
(reuse) maupun daur ulang (recycle). Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik
dalam skala rumah tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan
keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan
untuk pot atau ember. Sisi jelek pemakaian kembali, terutama dalam bentuk
kemasan adalah sering digunakan untuk pemalsuan produk seperti yang seringkali
terjadi di kota-kota besar.
2.3.1. Pemanfaatan limbah sebagai bahan kreasi
Gelas plastik
merupakan tempat air minum yang terbuat dari bahan multiguna yang banyak
dipakai dalam kehidupan sehari–hari. Plastik juga sudah banyak diwujudkan dalam
bentuk busana, walaupun dalam presentasi kecil, contohnya seperti mantel, jas
hujan, tas, aksesoris dan lain – lain. Hiasan dan korsase (dari plastik) akan
memperindah busana kreasi baru dari bahan gelas plastik.
Pembuatan busana
kreasi baru dari limbah gelas plastik seharusnya bernilai ekonomis tinggi. Akan
tetapi, proses pembuatnnya yang memerlukan waktu relatif lama terutama dalam
mengecat gelas plastik sehingga diperlukan ketelitian dan kesabaran menjadi
salah satu hambatan terwujudnya hal tersebut. Selain pemasangan hiasan gelas
plastik.pada busana, kesulitan yang tampak terdapat pula pada pemeliharaan
busana kreasi baru ini, selain ketelitian dengan penyimpananya diruang yang
longgar/tidak sempit, menghindari udara lembab dan panas, serta secara periodik
dikeluarkan guna diangin-anginkan menjadi kaharusan untuk pemeliharaan busana.
Selain itu, bahan baku limbah yang digunakan yang pada hakikatnya merupakan
sampah yang tidak dipakai lagi mengharuskan biaya pengolahannya tidak termasuk
dalam kisaran yang kecil.
2.3.2. Limbah plastik
sebagai bahan ornamen bangunan
Di Indonesia, plastik
daur ulang sebagian besar dimanfaatkan kembali sebagai produk semula dengan
kualitas yang lebih rendah. Pemanfaatan plastik daur ulang sebagai bahan
konstruksi masih sangat jarang ditemui. Pada tahun 1980 an, di Inggris dan
Italia plastik daur ulang telah digunakan untuk membuat tiang telepon sebagai
pengganti tiang-tiang kayu atau besi. Di Swedia plastik daur ulang dimanfaatkan
sebagai bata plastik untuk pembuatan bangunan bertingkat, karena ringan serta
lebih kuat dibandingkan bata yang umum dipakai (YBP, 1986).
Pemanfaatan plastik
daur ulang dalam bidang komposit kayu di Indonesia masih terbatas pada tahap
penelitian. Ada dua strategi dalam pembuatan komposit kayu dengan memanfaatkan
plastik, pertama plastik dijadikan sebagai binder sedangkan kayu sebagai
komponen utama; kedua kayu dijadikan bahan pengisi/filler dan plastik sebagai
matriksnya. Penelitian mengenai pemanfaatan plastik polipropilena daur ulang
sebagai substitusi perekat termoset dalam pembuatan papan partikel telah
dilakukan oleh Febrianto dkk (2001). Produk papan partikel yang dihasilkan
memiliki stabilitas dimensi dan kekuatan mekanis yang tinggi dibandingkan
dengan papan partikel konvensional. Penelitian plastik daur ulang sebagai
matriks komposit kayu plastik dilakukan Setyawati (2003) dan Sulaeman (2003)
dengan menggunakan plastik polipropilena daur ulang. Dalam pembuatan komposit
kayu plastik daur ulang, beberapa polimer termoplastik dapat digunakan sebagai
matriks, tetapi dibatasi oleh rendahnya temperatur permulaan dan pemanasan
dekomposisi kayu (lebih kurang 200°C).
2.4. Pengolahan
Limbah Plastik
Plastik merupakan
material yang sangat akrab dalam kehidupan manusia. Kemajuan teknologi plastik
membuat aktivitas produksi plastik terus meningkat. Hampir setiap produk
menggunakan plastik sebagai kemasan atau bahan dasar. Material plastik banyak
digunakan karena memiliki kelebihan dalam sifatnya yang ringan, transparan,
tahan air, serta harganya relatif murah dan terjangkau oleh semua kalangan
masyarakat.
Segala keunggulan ini
membuat plastik digemari dan banyak digunakan dalam hampir setiap aspek kehidupan
manusia. Akibatnya jumlah produk plastik yang akan menjadi sampah pun terus
bertambah. Limbah plastik yang umum ditemukan di tempat pembuangan sampah
antara lain botol minuman dan deterjen yang termasuk jenis PET, dan kantong
plastik. Jumlah kantong plastik di TPA terus menumpuk karena tidak terlalu
diminati karena memiliki nilai jual yang rendah. Kantong-kantong plastik ini
tidak mudah terurai sehingga hanya akan terus menumpuk dan bertambah di TPA
sampai 1000 tahun ke depan.
Oleh karena itu
diperlukannya suatu solusi tepat yang bukan hanya mengurangi penggunaan kantong
plastik karena selama masih diijinkan untuk digunakan maka kantong plastik itu
akan terus ada dan bertambah. Limbah kantong plastik yang menumpuk di TPA dapat
menjadi peluang dan jika diolah dengan benar dapat menjadi sumber daya.
Pengembangan proses pengolahan kantong plastik dilakukan melaui eksperimentasi
untuk membuka peluang pemanfaatan kantong plastik dengan penerapan teknologi
sederhana, murah, dan nyata. Eksperimen juga mencakup eksplorasi sifat dan
karakteristik kantong plastik yang unik untuk diaplikasikan menjadi produk
bernilai tinggi sehingga dapat menaikkan nilai dari limbah kantong plastik.
Beberapa cara pengolahan limbah plastik
secara umum, yaitu sebagai berikut :
2.4.1. Daur Ulang
Daur ulang merupakan
proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan
mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna,
mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi,
mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan
dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi
pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan,
pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan
komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses
hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle). Pemanfaatan limbah plastik
dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri.”Secara umum terdapat
empat persyaratan agar suatu sampah plastic dapat diproses oleh suatu industri,
antara lain limbah harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak
teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik
diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan
penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya.
Beberapa bentuk hasil daur ulang dari sampah plastik, dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.4.1. Hasil Daur Ulang Sampah Plastik
No. Jenis Sampah Plastik -Produk Hasil Daur Ulang
1. Acrytic Toples, tatakan/tutup gelas
2. AS sen Nampan, korek gas, toples
3. Handphone
4. Komputer
5. Toys forming plastic
6. Plastik Packaging
7. Stationary forming plastic
8. HD tikar Tikar plastik
9. HD butek Saringan ember
2.4.2. Incinerasi
Cara lain untuk
mengatasi limbah plastik adalah dengan membakarnya pada suhu tinggi
(incinerasi). Limbah plastik mempunyai nilai kalor yang tinggi, sehingga dapat
digunkana sebagai sumber tenaga untuk pembangkit listrik. Beberapa pembangkit
listrik menggunakan batu bara yang dicampur dengan beberapa persen ban bekas.
Akan tetapi, pembakaran sebenarnya menimbulkan masalah baru, yaitu pencemaran
udara. Pembakaran plastik seperti PVC menghasilkan gas HCl yang bersifat
korosif. Pembakaran ban bekas menghasilkan asap hitam yang sangat pekat dan
gas-gas yang bersifat korosif. Gas-gas korosif ini membuat incinerator cepat
terkorosi. Polusi yang paling serius adalah dibebaskannya gas dioksin yang
sangat beracun pada pembakaran senyawa yang mengandung klorin seperti PVC.
Untuk itu, pembakaran harus dilakukan dengan pengontrolan yang baik untuk
mengurangi polusi udara.
2.4.3. Plastik
Biodegradable
Sekitar separuh dari
penggunaan plastik adalah untuk kemasan. Oleh karena itu, sangat baik jika
dapat dibuat plastik yang bio- atau fotodegradable. Hal itu telah diupayakan
dan telah dipasarkan. Kebanyakan plastik biodegradable berbahan dasar zat
tepung. Tetapi, plastik jenis ini lebih mahal dan kelihatannya masyarakat
enggan untuk membayar lebih.
2.5. Mengenal
Bahaya Kemasan Plastik dan Kresek
Kantung plastik kresek
dan kemasan dari plastik lainnya merupakan alat pengemas yang paling banyak
dipergunakan karena murah, praktis dan mudah didapat. Tetapi sayangnya
kemasan plastik dan kantung plastik kresek ternyata tidak selalu aman,
bahkan berbahaya bagi kesehatan. Beberapa jenis kemasan plastik berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan termasuk diantaranya kantung plastik “kresek”
berwarna serta kemasan plastik berbahan dasar polistiren dan polivinil klorida
(PVC). Juga berbagai kemasan dari plastik lainnya semisal botol plastik bekas
minuman dan lainnya yang kita perlu mengenalnya.
Meskipun selama ini
belum pernah ada pengaduan atau keluhan mengenai gangguan kesehatan akibat
penggunaan kantung “kresek” sebagai wadah makanan, namun kita perlu
berhati-hati. Kalau mau mewadahi makanan siap santap dengan plastik kresek
sebaiknya dilapisi dulu dengan bahan yang aman seperti daun atau kertas.
Selain plastik kresek,
kemasan plastik berbahan polivinil klorida (PVC) dan kemasan makanan
“styrofoam” juga berisiko melepaskan bahan kimia yang bisa membahayakan
kesehatan. Monomer styrene yang tidak ikut bereaksi dapat terlepas bila
bereaksi dengan makanan yang berminyak/berlemak atau mengandung alkohol dalam
keadaan panas. Meskipun bila residunya kecil tidak berbahaya.
Secara umum, kemasan
plastik diberikan label-label sebagai berikut:
PETE atau PET (polyethylene
terephthalate) dengan berlabel angka 01 dalam segitiga biasa dipakai untuk
botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral.
Botol-botol dengan bahan ini direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan
dipakai untuk menyimpan air hangat apalagi panas.
HDPE (high density
polyethylene) berlabel angka 02 dalam segitiga biasa dipakai untuk botol susu
yang berwarna putih susu. Direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.
V atau PVC (polyvinyl chloride) berlabel
angka 03 dalam segitiga adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik
ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol.
Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor
dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk
ginjal, hati dan berat badan.
LDPE (low density
polyethylene) berlabel angka 04 dalam segitiga biasa dipakai untuk tempat
makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan berkode ini dapat di
daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi
kuat. Barang ini bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk
tempat makanan.
PP (polypropylene)
berlabel angka 05 dalam segitiga adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik
terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat
menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi.
Karakteristik botol ini transparan yang tidak jernih atau berawan.
PS (polystyrene)
berlabel angka 06 dalam segitiga biasa dipakai sebagai bahan tempat makan
styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan
bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan
Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Bahan ini harus dihindari dan
banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan
berbahan styrofoam termasuk negara China.
Other (biasanya
polycarbonate) berlabel angka 07 dalam segitiga bisa didapatkan di tempat
makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa
mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang
berpotensi merusak sistem hormon.
Kemasan plastik yang
paling banyak dan paling aman digunakan adalah yang terbuat dari polyethylene
(PE) dan polyprophylene (PP) yang dilabeli terkadang juga dilabeli dengan
gambar gelas dan garpu atau ada tulisan `untuk makanan` atau `for food use`.
Sayangnya masih banyak
barang plastik yang tidak mencantumkan simbol-simbol ini, terutama barang
plastik buatan lokal. Pemerintah Indonesia sendiri baru berencana untuk
mewajibkan produsen kemasan makanan melakukan penandaaan atau memberi label.
Rencana ini mulai diterapkan bulan November mendatang.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan
yang tertulis pada makalah ini, kami dapat menarik beberapa simpulan, yaitu
sebagai berikut:
- Limbah plastik adalah
barang buangan yang berupa plastik yang dihasilkan dari suatu proses produksi
baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai
sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis
- Sumber sampah plstik
tergantung pada produksi plastik itu sendiri dan digolongkan berdasarkan bahan
dasar penyusunnya.
- Pemakaian plastik
secara terus menerus akan menghabiskan beberapa sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui, selain itu menghasilkan beberapa zat yang berbahaya bagi
kesehatan manusia.
- Pemanfaatan limbah
plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin yang dapat
dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle).
- Pengolahan limbah
plastik dapat dilakukan dengan daur ulang (pemakaian kembali), incinerasi
(pembakaran), dan penggunaan plastik biodegradable.
3.2 Saran
Limbah rumah tangga
yang berjenis anorganik diharap mampu diolah kembali, meskipun dengan
sederhana. Serta menerapkan penempata limbah (sampah) dengan sesuai jenisnya,
apakah limbah organic atau anorganik, agar lebih mudah mendaur ulang.
3.3 Referensi
PT.Formindo Prima Agung, Jakarta Barat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar